Dokter Residen Kelelahan? KKI Minta Faskes Tak Tutup Mata!

Dokter Residen Kelelahan? KKI Minta Faskes Tak Tutup Mata!

NADEREXPLORE08.ORG – Dokter Residen Kelelahan? KKI Minta Faskes Tak Tutup Mata! Lelah fisik dan mental bukan sekadar keluhan biasa bagi dokter residen. Di balik jas putih dan wajah yang tampak profesional, tersembunyi tumpukan jam kerja panjang, tekanan akademis, dan tuntutan pelayanan tanpa henti. Kini, Komite Kesehatan Indonesia (KKI) angkat bicara, mendesak fasilitas kesehatan agar tidak pura-pura tidak tahu dengan realitas ini.

Saat Jas Putih Tak Lagi Sekuat Harapan Dokter Residen

Sejak dulu, dunia medis dikenal sebagai medan keras yang menuntut ketangguhan. Namun, keras bukan berarti harus mengorbankan kesehatan para tenaga medis muda. Dokter residen, sebagai tulang punggung pelatihan klinis, kerap ditempatkan pada jam kerja di luar batas wajar.

Seorang residen spesialis penyakit dalam di Jakarta menyampaikan bahwa waktu istirahatnya tak pernah konsisten. Jam tidur acak, makan sering terlewat, bahkan kadang harus tetap bekerja meski tubuhnya sudah menolak. “Kami bukan mesin, kami bisa error kalau terus dipaksa,” ucapnya jujur.

KKI Bersikap: Jangan Biarkan Kelelahan Jadi Tradisi

Desakan dari KKI muncul bukan tanpa alasan. Semakin sering terdengar kasus dokter muda yang jatuh sakit, kehilangan fokus saat bertugas, bahkan mengalami depresi. Ini bukan sekadar isu pribadi, tapi sudah menyentuh kualitas layanan kesehatan dan keselamatan pasien.

KKI meminta seluruh rumah sakit pendidikan dan fasilitas kesehatan agar tak menormalisasi sistem kerja yang eksploitatif. Menurut mereka, waktu kerja manusiawi harus dijamin. Tak bisa lagi alasan “ini sudah biasa di dunia kedokteran” dijadikan tameng untuk menutupi sistem yang sebenarnya cacat sejak lama.

Selain itu, KKI menekankan pentingnya supervisi klinis yang sehat. Dokter residen bukan pekerja murah atau asisten tanpa batas, mereka sedang belajar sambil bekerja, bukan bekerja tanpa belajar. Kalau tidak diperhatikan, kita bisa menghasilkan dokter yang cepat hancur sebelum sempat berjaya.

Cerita Lelah yang Tak Pernah Selesai

Dokter Residen Kelelahan? KKI Minta Faskes Tak Tutup Mata!

Kisah dokter residen yang nyaris pingsan di tengah operasi bukan lagi berita baru. Di Bandung, seorang residen anestesi bahkan harus dirawat setelah mengalami kelelahan akut usai berjaga tiga malam berturut-turut. Meski sembuh, kondisi itu meninggalkan luka psikis yang tak terlihat.

See also  4 Tempat Wisata Puncak Bogor Tertutup, Satu Kembali Jadi Hutan!

Rekan-rekannya pun mengaku sering merasa seperti hidup di dalam mode otomatis. Masuk pagi, pulang entah kapan. Belum lagi tekanan dari senior, target logbook, dan ujian internal yang menghantui. Maka wajar jika akhirnya muncul pertanyaan, siapa yang menjaga sang penjaga?

Sistem Dokter Residen yang Harus Dibongkar Ulang

KKI tak sekadar meminta belas kasihan. Mereka ingin sistem pendidikan kedokteran dikaji ulang secara menyeluruh. Aturan jam kerja, sistem rotasi, hingga tanggung jawab institusi harus lebih transparan. Bukan hanya soal menekan kelelahan, tapi juga memastikan kualitas dokter yang dilahirkan dari proses yang sehat.

Faskes yang baik seharusnya bisa menciptakan lingkungan klinis yang seimbang antara tuntutan akademik dan kesehatan mental para residen. Bukannya menutup mata dan membiarkan kondisi tidak manusiawi terus berulang. Apalagi, masyarakat sudah menaruh kepercayaan besar pada tenaga medis. Maka menjaga mereka bukan pilihan, melainkan keharusan.

Kesimpulan: Tenaga Medis Juga Manusia

Realita di lapangan menunjukkan bahwa kelelahan dokter residen bukan sekadar hal sepele. Ini sudah jadi isu serius yang menyentuh berbagai lapisan: mulai dari etika pendidikan, mutu pelayanan, hingga kemanusiaan. KKI sudah bicara, dan kini giliran faskes untuk mendengar.

Jika kita ingin layanan kesehatan yang berkualitas, maka tenaga medisnya harus dalam kondisi prima, baik fisik maupun mental. Kelelahan kronis bukan warisan yang patut diteruskan, melainkan lonceng alarm yang perlu direspon secepatnya.

Sudah saatnya jas putih berdiri di ruang jaga tanpa bayang-bayang kelelahan yang mengintai. Karena dokter yang sehat bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga jadi simbol bahwa sistem kesehatan kita masih punya hati.

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications